MUSEUM SASMITA LOKA AHMAD YANI,
JAKARTA
Posted By : Santi Ayu, 17 April 2015.
Museum
Sasmita Loka Ahmad Yani, atau lengkapnya Museum Sasmita Loka Pahlawan Revolusi
Jenderal TNI Ahmad Yani, menempati tanah sudut di Jl Lembang 58 dan Jl
Laruharhari 65, Menteng, Jakarta Pusat. Sebelumnya saya pernah akan mampir,
namun karena tampak sepi, tidak terlihat ada petugas dan pagarnya tertutup,
saya pun batal untuk masuk.
Rupanya
pagar memang selalu tertutup, dan pos petugas berada di sisi lain, sehingga
pengunjung tidak perlu ragu untuk membuka pagar museum, dari Selasa s/d Minggu,
08:00 – 14:00.
Ada
beberapa mahasiswa kebetulan datang bersamaan ke Museum Sasmita Loka Ahmad
Yani, sehingga suasana museum agak hidup. Setelah mengisi buku tamu, kami pun
masuk melalui pintu belakang, jalur masuk Pasukan Cakrabirawa ketika datang
menyatroni rumah ini, pada pagi 1 Oktober 1965.
Foto-foto
di bagian belakang rumah Museum Sasmita Loka Ahmad Yani, diantaranya adalah
rekonstruksi penembakan dan penculikan oleh Pasukan Cakrabirawa terhadap LetJen
Ahmad Yani yang ketika itu menjabat sebagai Menpangad (Menteri / Panglima
Angkatan Darat). Jabatan ini kemudian diduduki Mayjen Soeharto pada 14 Oktober
1965.
Ahmad
Yani dikenal selalu berseberangan dengan PKI. Ia menolak keras keinginan PKI
untuk membentuk Angkatan Kelima, dalih PKI untuk mempersenjatai buruh dan tani.
Karenanya ia menjadi salah satu target utama PKI dalam G30S (Gerakan Tiga Puluh
September).
Di
lorong menuju pintu masuk ke ruang makan itu juga ada foto-foto pengangkatan
jenazah para Pahlawan Revolusi oleh KKO (Marinir) pada 4 Oktober 1965, upacara
pemakaman pada 5 Oktober 1965, foto-foto keluarga, penyerahan Kota Magelang
pada 1949 dari Belanda diwakili Letkol van Santen kepada Letkol Ahmad Yani, dan
foto-foto karier militer Ahmad Yani lainnya.
Pintu
masuk ke ruang makan Museum Sasmita Loka Ahmad Yani yang kacanya berlubang
akibat ditembus peluru masih dibiarkan seperti aslinya. Pasukan Cakrabirawa
masuk melalui lorong ini setelah terlebih dahulu memutus kabel telepon.
Kondisi
Museum Sasmita Loka Ahmad Yani terlihat dijaga dan dirawat dengan baik. Di
bagian kiri ruang makan yang menyerupai bar ada kutipan kata-kata Ahmad Yani
berbunyi “Sampai liang kubur kupertahankan Pancasila”. Di sampingyanya terdapat
kamar tidur Ahmad Yani.
Di
dalam kamar tidur itu disimpan memorabilia, senjata otomatis Thompson
Cakrabirawa yang menewaskannya, lengkap dengan sisa pelurunya, senjata LE Cal
7,62 buatan Cekoslovakia yang dipakai untuk membunuh Letjen TNI Anumerta S.
Parman, dan senjata Owengun yang digunakan untuk menembak DN Aidit dan tokoh
PKI lainnya. Di sudut atas ruang tidur ada bekas sambaran halilintar seolah
menjadi pertanda bagi Ibu A. Yani.
Dalam
ruang tidur juga disimpan replika pakaian tidur lengan pendek yang digunakan
Ibu A. Yani untuk membersihkan lantai dari lumuran darah suaminya, gaji terakhir
bulan Obtober 1965 sebesar Rp. 120.000, cincin, kaca mata, keris, dan tongkat
komando. Lantaran dianjurkan petugas untuk tidak memotret kamar ini, saya pun
menurutinya.
Foto-foto Pahlawan Revolusi pada dinding ruang makan Museum Sasmita Loka Ahmad Yani. Pada lantai berbatas tiang kayu berantai tertulis “DI SINILAH GUGURNJA PAHLAWAN REVOLUSI DJENDERAL TNI A. YANI PADA TANGGAL 1 OKTOBER 1965 DJAM 04.35″.
Letjen
Ahmad Yani tewas dengan 8 luka tembak yang masuk dari bagian depan dan 2 luka
tembak masuk dari bagian belakang. Jenazahnya kemudian dibawa ke Lubang Buaya.
Di
ruang tamu terdapat lukisan besar memperlihatkan saat Letjen Ahmad Yani
menempeleng Mukidjan, komando pasukan penyerbu, lantaran marah karena tidak
diperbolehkan untuk berganti pakaian. Melihat situasinya, tampaknya Ahmad Yani
tidak bermaksud berganti pakaian, namun mengambil senjata api, dan para
penculiknya tidak mau mengambil resiko.
Koleksi
pribadi Ahmad Yani yang disimpan di ruang tunggu Museum Sasmita Loka Ahmad
Yani, diantaranya harimau, cindera mata, senjata, lambang-lambang, medali,
gading gajah dan koleksi buku dalam rak dinding. Para tamu biasanya menunggu di
ruang ini sebelum diterima Jenderal TNI A. Yani di ruang lain.
Letjen
Ahmad Yani dikenal sangat dekat dengan Soekarno. Dua bulan sebelum tewas,
Soekarno dikabarkan meminta Achmad Yani untuk menggantikan dirinya menjadi
presiden bila kesehatan proklamator itu menurun. Pernyataan itu disampaikan
Soekarno dalam rapat petinggi negara yang dihadiri antara lain oleh Soebandrio,
Chaerul Saleh dan AH Nasution.
Bagian depan museum yang menghadap ke Jl Latuharhari. Museum Sasmita Loka Ahmad Yani diresmikan pada 1 Oktober 1966 oleh Menpangad Mayjen Soeharto, sesaat setelah rumah beserta isinya diserahkan oleh Ibu A Yani dan putera-puterinya kepada negara.
Gedung
yang dibangun pada 1930-an ini semula digunakan sebagai rumah pejabat maskapai
swasta Belanda, dan sejak 1950-an dikelola oleh Dinas Perumahan Tentara,
sebelum dihuni oleh Letjen Ahmad Yani.
0 komentar:
Posting Komentar