Tarian Khas Betawi
Posted By : Santi Ayu,
12 Mei 2015.
1. Tari Cokek (Betawi)
Tari Cokek adalah seni pertunjukan yang berkembang pada abad ke 19
M di Kabupaten Tangerang, Propinsi Banten. Tarian ini dimainkan oleh sepuluh
orang penari wanita, dan tujuh orang laki-laki pemegang gamang kromong, alat musik yang mengiringinya. Alunan musik gamang kromong merupakan hasil
kombinasi suara yang ditimbulkan oleh rebab dua dawai, suling, kempul, gong,
kendang dan kecrek.
Sejarah munculnya Tari Cokek berawal dari adanya pentas hiburan
yang diadakan oleh para tuan tanah Tionghoa yang tinggal di Tangerang. Dalam pentas
seni itu, Tan Sio Kek, yang merupakan salah satu tuan tanah di Tangerang,
mempersembahkan tiga orang penari sebagai wujud partisipasinya dalam pesta
hiburan rakyat itu. Pada awalnya, dia menyisipkan tarian para gadis cantik
tersebut sebagai pertunjukan tambahan. Namun, berawal dari pertunjukan tambahan
itulah, kemudian para penari ini menjadi terkenal dan berdiri sendiri sebagai
kelompok penari yang kemudian tariannya dinamakan Tari Cokek. Kata cokek
diambil dari tuan tanah yang bernama Tan Sio Kek, orang pertama yang mengilhami
pertunjukan tarian ini.
Setiap
seni tari tradisonal memiliki pesan yang ingin disampaikan dalam setiap
gerakannya. Ada cerita yang mengispirasi seorang koreografer dalam mencipta
gerak tariannya, semisal cinta, gairah, perjuangan dan sebagainya. Salah satu
tarian yang terinspirasi dari hal-hal tersebut adalah Tari Lenggang Nyai,
tarian yang berasal dari tanah Betawi yang menceritakan kisah Nyai
Dasimah
.
Asal mula
tari lenggang ini berasal dari kisah nyai dasimah,Nyai Dasimah adalah gadis
cantik asal Betawi yang berada dalam kebingunannya memilih dua pilihan
pasangan hidup, seorang Belanda dan Seorang Indonesia. Ia kemudian
menjadi istri seorang Belanda, Edward William. Merasa terkekang oleh
aturan-aturan yang dibuat suaminya, Nyai Dasima menjadikan alasan tersebut
untuk memberontak atas kesewenang-wenangan yang dilakukan terhadap dirinya.
Perjuangan atas hak-hak perempuan itulah yang menginspirasi Wiwiek Widiastuti
untuk mengenang perjuangan Nyai Dasima dalam gerak tarian Lenggang Nyai.
Karakter
tari lenggang nyai lebih banyak menggunakan bentuk-bentuk gerak yang lincah
sebagai personifikasi masyarakat betawi. Terkadang, seperti yang tidak bisa
mengambil keputusan, gerakan tari ini menunjukan bagaimana ia bergerak pada
satu sisi ke sisi lain. selain itu, tari Lenggang Nyai juga menceritakan
keceriaan dan keluwesan gadis belia Betawi dan tentunya kebahagiaan Nyai Dasima
yang bisa menentukan pilihan hidupnya.
Seperti
tarian asal Betawi pada umumnya, tarian ini juga ditampilkan dengan iringan
musik Gambang Kromong yang memiliki unsur budaya Cina. Pun dari segi kostum
yang dikenakan oleh para penari. Dominasi warna merah menyala dan hiasan kepala
identik dengan tradisi Cina.
Meski
termasuk tarian karya baru, Tarian Lenggang Nyai dapat dikatakan populer di
kalangan masyarakan Betawi dan sekitarnya. Seperti Ondel-ondel, tarian ini juga
sering menjadi ikon khusus bagi masyarakat Betawi. Terbukti dengan sering
dibawakannya dalam acara-acara khusus di mancanegara dan nama lain yang
disematkan pada tarian ini, yaitu Tari Lenggang Betawi.
3. TARI TOPENG BETAWI
Tari Topeng cukup lama dikenal
dan berkembang dalam masyarakat Betawi. Tarian ini merupakan paduan aspek tari,
musik, dan teater. Penggunaan topeng dalam tarian ini didasarkan atas
kepercayaan dahulu masyarakat Betawi bahwa topeng mempunyai kekuatan magis yang
dapat menolak bala, bahkan menghilangkan rasa duka. Oleh karenanya, Tari Topeng
biasanya dipentaskan untuk memeriahkan pesta-pesta penting, misalnya pada acara
pernikahan dan khitan.
Kesenian
teater masyarakat Betawi, yang pertunjukannya hampir sama dengan lenong dan
tumbuh di lingkungan masyarakat pinggiran Kota Jakarta. Kesenian Topeng Betawi
ini terdiri atas Topeng Blantek dan Topeng Jantuk. Pertunjukkan topeng biasanya
dimaksudkan sebagai kritik sosial atau untuk menyampaikan nasehat-nasehat
tertentu kepada masyarakat lewat banyolan-banyolan yang halus dan lucu, agar
tidak dirasakan sebagai suatu ejekan atau sindiran. Teater Topeng Betawi mulai
tumbuh pada awal abad ke-20. Karena tumbuhnya di daerah pinggiran Jakarta
sehingga dipengaruhi oleh kesenian Sunda. Saat itu masyarakat Betawi mengenal
topeng melalui pertunjukan ngamen keliling kampung.
Pada awalnya
pementasan atau pertunjukan topeng tidak menggunakan panggung tetapi hanya
tanah biasa dengan properti lampu minyak bercabang tiga dan gerobak kostum yang
diletakkan ditengah arena. Tahun 1970-an baru dilakukan di atas panggung dengan
properti sebuah meja dan dua buah kursi. Pertunjukkannya diiringi dengan
tabuhan seperti, rebab, kromong tiga, gendang besar, kulanter, kempul, kecrek
dan gong buyung. Lagu yang dimainkan lagu Sunda Gunung namun khas daerah
pinggir Jakarta seperti; Kang Aji, Enjat-enjatan, Ngelantang, atau Lipet
Gandes. Dahulu terdapat sebutan bagi pecandu-pecandu Topeng Betawi yang ikut
menari (ngibing) bersama Kembang Topeng, "buaya ngibing".
Para pemain
Topeng Betawi sebagian memakai pakaian khusus sesuai dengan peranannya dan
sebagian lainnya memakai pakaian biasa yang dipakai sehari-hari. Bagi para
pemain laki-laki unsur pakaian yang harus ada biasanya, kemeja putih, baju
hitam, kaos oblong, celana, sarung, peci atau tutup kepala, serta kedok.
Sedangkan untuk wanita unsur yang ada biasanya kain panjang atau kain batik,
kebaya, selendang, "mahkota" warna-warni yang terletak di kepala yang
biasanya disebut "kembang topeng". Selain itu ada bagian hiasan yang
disebut ampak-ampak, andung, taka-taka, selendang (ampreng) yaitu semacam lidah
pada bagian depan pinggang yang terbuat dari kain yang dihias, bagian ini
biasanya di pakai oleh Topeng Kembang atau Ronggeng Topeng sebagai primadona
tokoh yang menonjol. Sesuai dengan perannya, para pemain menggunakan pakaian
yang khas.
Pertunjukan
topeng Betawi dengan tarian lazim disebut tari topeng Betawi. Merupakan salah
satu jenis tarian tradisional masyarakat Betawi yang disebut juga Ronggeng
Topeng. Tari Topeng sendiri terdiri dari beberapa jenis tari, yaitu Tari Lipet
Gandes (merupakan sebuah tari yang dijalin dengan nyanyian, lawakan dan
kadang-kadang dengan sindiran-sindiran tajam menggigit tetapi lucu), Tari
Topeng Tunggal, Tari Enjot-enjotan, Tari Gregot, Tari Topeng Cantik, Tari
Topeng putri, Tari Topeng Ekspresi, Tari Kang Aji, dll. Pada perkembangannya,
muncul Tari Topeng kreasi baru seperri Tari Ngarojeng, Tari Dagor Amprok, dan
Tari Gitek Balen.
Alat musik
pengiring yang dipergunakan dalam pertunjukan ini adalah gendang besar,
kulanter, rebab, keromong berpencon tiga, kecrek, kempul, dan Gong Buyung. Pada
pertunjukannya, didahului dengan lagu-lagu instrumental, kemudian menyusul Tari
Kedok, yaitu Tari Ronggeng Topeng yang menggunakan tiga buah kedok secara
bergantian. Dahulu tarian ini dilakukan pada penutup acara, tetapi sekarang
dijadikan acara pertama.
4.
TARI YAPONG (JAKARTA)
Tari Yapong pertama kali
diperkenalkan pada tahun 1977 dalam rangka mempersiapkan acara ulang tahun kota
Jakarta ke-450. Tari Yapong telah diciptakan oleh Bagong Kussudiarjo. Nama tari
ini berasal dari bunyi nyanyian lagunya “ya, ya, ya” dan alunan musik yang
berbunyi “pong, pong, pong.” Gerakan tarian ini sangat dinamis dan gembira
sehingga sering dipentaskan dalam acara-acara sambutan.
Satu
jenis tarian tradisional yang diciptakan untuk pertunjukan. Yapong bukan tari
pergaulan seperti Jaipongan, yang berasal dari Jawa Barat, namun kemudian dalam
perkembangannya kadang kala berfungsi sebagai tari pergaulan untuk mengisi
acara menari sesuai permintaan karena tarian ini penuh dengan variasi.
Yapong
mula-mula diorbitkan dalam rangka mempersiapkan acara peringatan HUT Kota
Jakarta ke-450 pada tahun 1977. Pada saat itu, Dinas Kebudayaan DKI menyiapkan
sebuah pergelaran tari massal yang spektakuler dengan mempergelarkan cerita .
perjuangan Pangeran Jayakarta. Pergelaran berbentuk sendratari ini dipercayakan
penggarapannya kepada seniman Bagong Kussudiarjo. Untuk mempersiapkan
pergelaran itu, Bagong mengadakan penelitian selama beberapa bulan mengenai
kehidupan masyarakat Betawi melalui perpustakaan, film, slide maupun langsung
pada masyarakat Betawi. Akhirnya pergelaran tari ini berhasil dipentaskan pada
tanggal 20 dan 21 Juni 1977 di Balai Sidang Senayan. Pementasannya didukung 300
orang artis dan musikus.
Tari Yapong
merupakan suatu tari gembira dengan gerakan yang dinamis dan erotis. Dalam
adegan tersebut dipertunjukkan suasana gembira menyambut kemenangan Pangeran
Jayakarta. Adegan ini dinamai Yapong dan tidak mengandung arti apapun. Namun
istilah Yapong ini lahir dari bunyi lagunya ya, ya, ya, ya, yang dinyanyikan
artis pengiringnya serta suara musik yang berkesan pong, pong, pong, sehingga
lahirlah "ya-pong" dan berkembang menjadi Yapong.
Pusat Latihan
Tari (PLT) Bagong Kussudiarjo dan Dinas Kebudayaan DKl Jakarta seusai
pementasan menggubah tari Yapong dari bentuk sendratari dan mengembangkannya
sebagai tarian lepas. Adapun corak pakaian yang dikenakan para penarinya,
merupakan pengembangan pakaian tari Kembang Topeng Betawi. Tampak jelas bentuk
serta ragam hias tutup kepala serta selempang dadanya, yang disebut toka-toka.
Tari Yapong diwarnai oleh tari rakyat Betawi, kemudian diolah dengan
unsur-unsur tari pop, antara lain unsur tari daerah Sumatera. Karena kesenian
Betawi dipengaruhi oleh unsur kesenian Tionghoa, maka dalam tari Yapong juga
terdapat unsur kesenian Tionghoa, misalnya dalam kain yang dipakai oleh para
penari terdapat motif-motif naga dengan warna merah menyala. Alat musik yang
digunakan saat tarian ini dipergelarkan adalah campuran antara Betawi, Jawa
Tengah dan Jawa Barat. Setelah menjadi tarian lepas, dalam tarian tersebut. DKl
Jakarta memanfaatkan instrumen Rebana Biang, Rebana Hadroh, dan Rebana
Ketimpring. Dengan demikian tari Yapong merupakan garapan kreasi baru yang
bertolak dari unsur-unsur gerak tradisional Betawi.
5.
TARI ZAPIN (BETAWI)
Tarian ini merupakan adaptasi
dari Tari Zapin yang dipengaruhi oleh budaya Arab adan Melayu. Konon,
pengubahan kata zapin menjadi japin dikarenakan kebiasaan masyarakat Betawi
menyebut kata Z dengan huruf J. Tari
Japin diiringi oleh musik dan lagu Betawi, yang terdiri dari alat musik gambus
dan marwas. Keunikan Tari Japin Betawi ini dilihat dari kelincahan para
penarinya yang melompat-lompat dan biasanya ditarikan secara berpasangan.
Jenis tari
ketangkasan dan kelincahan gerak yang indah dan berirama. Pada awalnya tarian
ini hidup di kalangan santri, terutama sebagai pengisi waktu senggang mereka
setelah selesai belajar ilmu agama dan melaksanakan pekerjaan sehari-hari.
Melihat gerak dan komposisinya, maka dapat diduga tarian ini merupakan
penyesuaian tari-tari kepahlawanan dari Timur Tengah, dan masuk ke Indonesia
bersamaan dengan awal pengembangan agama Islam.
Tari Zapin
merupakan ragam seni tari yang berkembang di daerah Betawi. Artinya Tari Zapin
sendiri merupakan tari langkah yang tidak banyak mempergunakan gerakan tangan
ataupun anggota tubuh lainnya. Biasanya Tari Zapin hanya dibawakan oleh dua
orang lelaki yang mengambil tempat di tengah-tengah lingkaran musik yang
mengiringnya. Tarian Zapin tidak membawa tema cerita atau lukisan tertentu dan
mempunyai susunan gerakan yang pasti.
Musik
pengiring tarian ialah Rebana Zapin atau Orkes Gambus. Jika dilihat dari segi
fungsinya, Tari Zapin dikelompokkan ke dalam tarian pergaulan dan dalam
penampilannya tidak ada jarak antara penari dan penonton. Penonton bebas untuk
tampil di arena sebagai penari. Tari Zapin telah berkembang sedemikian rupa,
dan banyak dipengaruhi oleh seni tari setempat. Umumnya dikembangkan oleh
masyarakat dari rumpun bangsa Melayu, misalnya di Bengkalis, Siak, Pekanbaru,
di Riau. Kemudian juga di Sumatera Barat, Kalimantan Selatan, Kalimantan Barat,
Kalimantan Timur, Betawi (Jakarta).
Gerakan tari
terutama ditekankan pada kelincahan rentak kaki, dan kelenturan tubuh melakukan
gerak berputar, maju mundur dengan cepat. Keharmonisan tari ini terlihat jika
ditarikan secara berpasangan, atau oleh beberapa orang penari yang bergerak
serentak, demikian cepat, lincah sehingga mendebarkan hati yang melihat. Pada
dasarnya hanya dibawakan oleh penari pria, dengan mengandalkan irama rentak
kaki dan jentikan jari tangan. Tetapi pada masa kini sering pula ditarikan oleh
penari puteri berpakaian muslim, tanpa kehilangan kelincahannya. Ragamnya yang
cukup banyak menunjukkan bahwa tari ini cukup diminati. Hanya saja tari ini
jarang dipertontonkan sebagai hiburan di tempat-tempat umum.
0 komentar:
Posting Komentar